Showing posts with label ibadah haji. Show all posts
Showing posts with label ibadah haji. Show all posts

Wednesday, December 29, 2010

Fenomena Alam ataukah Apa?

Wukuf di arafah adalah salah satu momen yang tidak akan pernah terlupakan. Masih terbayang di ingatan pada saat menunggu angkutan transportasi menuju Musdzalifah. Saat itu waktu sudah menunjukan jam 9 malam, namun bis pengnagkut belum juga datang. Saya bersama istri terus menerus menyibukan diri dengan dzikir. Saat itulah terlintas dalam pikiran di diri ini untuk menengok ke arah langit. Seolah-olah ingin benar “menyaksikan” terbukanya arasy Allah pada saat peristiwa wukuf di Arafah sebagaimana yang dijanjikan olehNya. 

Saat itu tampak tepat di atas kepala, bulan bersinar. Memang menjelang tanggal 10, bulan sudah mulai mendekati purnama. Merasa takjub dan agak aneh, bulan yang tampak di atas kepala bersinar terang namun tidak tampak sedikitpun bintang mendampinginya. Aneh memang bila dibandingkan di Indonesia, begitu yang tersirat di dalam fikiran saya. Otakpun selanjutnya memerintahkan tangan untuk meraih NIKON 12 Megapixel yang saya bawa. Kamera saya arahkan menuju bulan di atas kepala. Jepret, kaget, merinding,takut, gemetar itulah yang saya rasakan. Betapa tidak, ketika sinar cahaya dari lampu blitz yang keluar dari kamera berbenturan dengan sinar lainnya yang ada di depan kamera. 

Entah itu pantulan, entah itu pembiasan ataukah deviasi dari materi lainnya. Pantulan itu berada hanya beberapa cm di depan kamera saya. Kilatan blitz itu berbendar, mirip dengan bintang-bintang manakala kita merasa pusing sehabis duduk kelamaan kemudian berdiri (apakah teman-teman pernah mengalami kondisi ini?). Di film-film kartun, kondisi ini terkadang digambarkan dengan bintang-bintang yang berputar-putar di atas kepala. Suasanapun semakin membuat bulu kuduk berdiri, gemetar begitu yang saya rasakan manakala saya melihat hasil jepretan kamera saya. Bulan yang terekam di foto tampat seperti satu titik cerah saja, sementara di sekelilingnya tampak noktah-noktah putih, redup, cerah atau terang dengan diameter yang beragam. 

Subhanallah, kalimat yang selanjutnya meluncur dari mulut ini. Saya hampiri istri. Dengan berbisik gemetar saya tunjukan hasil jepretan kamera. Istripun merasa kaget. “Janji Allah benar adanya, Allah mengutus seluruh malaikat ke muka bumi Arafah”, begitu saya bisikan kepada istri. Berdua kami saling berpandangan, tidak terasa air mata kami mengalir deras. Sejenak istri meminta saya untuk mengambil foto di arah yang lain. Kamerapun saya arahkan di atas Jabal Rahmah, Subhannalah hasil jepretan justru semakin penuh dengan noltah. Saya kemudian mengambil beberapa foto dengan arah yang lain. Hasilnyapun sama, bercak dan noktah. 

Selanjutnya saya mencoba mengambil foto dengan HP Nokia ExpressMusic 2 Megapixel. Hasilnya gelap gulita, tidak tampak sebagaimana NIKKON 12 MP. Rasa penasaranpun mulai saa rasakan, saya meminta teman yang memegang kamera 8 Megapixel, hasil foto juga gelap gulita sebagaimana HP saya. Saya mencari kamera lain dengan intensitas 10 Mega Pixel, hasilnya gelap juga. Jadi memang bayangan noktah hanya dapat tertangkap oleh kamera dengan intensitas di atas 12 Megapixel. Tibalah waktunya bagi kami untuk menuju Muzdalifah. 

Dzikirpun senantiasa kami lantunkan sepanjang perjalanan. Disana saya mencoba mengambil gambar. Subhanallah hasilnya sama sebagaimana di Arafah. Ada sedikit pertanyaan di benak saya dan istri ketika kamera saya tujukan di atas bukit di depan kami, bayangan yang terekam berupa noktah-noktah tetapi ketika kamera kami tujukan ke arah kanan bukit, bayangan yang terekam adalah gelap gulita. 
Subhannalah.
Bayangan foto berupa noktah ternyata tidak hanya disitu saja,saat jumroh, di atas masjid Qishos (Jedah) dan sepanjang perjalanan di terowongan Mina. Penasaran dengan hasil foto tsb, saya mencoba melihat foto-foto ketika kami berada di Masjidil Haram beberapa hari sebelumnya, Subhannalah ternyata noktah tersebutpun ada. Entah apakah apa yang terpikirkan oleh kami ini salah ataukah benar, teman-teman sekalian yang dapat menilainya. Dan apapun yang terpikirkan oleh kita, kita yakin hanya Allah sajalah yang Maha Mengetahui kebeneran yang sesungguhnya.

Thursday, September 30, 2010

Sepenggal Doa dari Seorang Yatim Menuju Ibadah Haji - Count Down Menuju Tanah Haram -

Ya, Allah menjelang prosesi ibadah haji kami, perkenankan kami untuk mengungkapkan apa yang kami rasa, meskipun kami yakin Engkau lebih mengetahui isi hati kami dibandingkan kami sendiri.
Ya, Allah Engkau mengetahui bahwa hati kami begitu berbunga-bunga manakala kalimat demi kalimat dari berita tentang informasi ibadah haji kami terima.

Ya Allah linangan air mata ini telah menjadi saksi betapa kami begitu merindukan kehadiran jasmani kami di tanah nan suci Mu.
Ya Allah Engkau mengetahui, betapa kami hingga saat ini masih merasa tidak percaya bahwa nama kami ada di deretan nama tamuMu.
Ya Allah Engkau begitu terasa dekat dengan kami manakala pengharapan kami selama 16 tahun dapat terkabulkan. Ya Allah, masih teringat, saat itu kami berdua memasang target untuk beribadah haji sebelum anak kami kuliah. Ya Allah Engkau kabulkan doa kami. Engkau Maha Kaya. Engkau Maha Pengasih. Engkau Maha Mendengar Doa. Engkau Maha Dekat.
Ya Allah kami merasa semakin dekat dengan MU, saat yang Engkau janjikan tiba justru semakin bertubi-tubi ujian yang engkau berikan, kami ikhlas ya Allah karenaMu ya Allah.
Ya Allah berikanlah predikat umat yang saleh dan saleha kepada Ibunda kami Rokayah, kepada ayah mertua kami Sayudi, kepada Ibu mertua kami Kartini, karena tidak bosan-bosannya mereka mengingatkan kepada kami, bahwa apa yang kami alami selama ini adalah semata-mata ujian yang Engkau berikan sebelum kami melaksanakan ibadah haji.
Ya Allah ampunkanlah dosa dan kesalahan ayahanda kami Agus Sirad, kakek kami KH Sirad dan Bpk Rasjan, nenek kami Kh Rohmah dan Ibunda Tasmi, terimalah amal kebaikannya, jadikanlah amal kebaikannya tersebut sebagai cahaya di alam kuburnya. 
Ya Allah kami pasrahkan kehidupan dunia kami kepadaMu agar kami dapat focus ibadah haji kepadaMu.
Ya Allah kutinggalkan anak-anak kami Muhammad AlFatih, Muhammad Anggi Baihaqy dan Izzuddin Ahmad AlFirdausy,  meskipun kami tahu mereka hanyalah anak-anak yang belum tumbuh dewasa, kami yakin Engkau sebaik-baiknya pelindung.
Ya Allah jadikanlah anak-anak kami menjadi orang shaleh yg inovatip, kreatip, sabar, struggle, survived, visioner sehingga dapat bermanfaat bagi orang tua, agama, bangsa dan masyarakat sekitar

Ya Allah kutinggalkan SIRAD Insan Utama sebuah lembaga manajemen yang menjadi sumber inspirasi kami untuk memajukan industri kecil dan menengah bangsa ini. Seandainya lembaga tersebut dapat menjadi media pengembangan industri bangsa ini dengan landasan Barokah Score Card sebagaimana tertuang di dalam visi dan misinya, maka jadikanlah SIRAD Insan Utama sebagai vahana untuk mengangkat izzah seorang anak yatim agar teman-teman yatim lainnya dapat percaya diri, bahwa menjadi seorang anak yatim bukanlah kesedihan tetapi suatu modal dasar untuk maju.

Ya Allah kami tinggalkan mimpi-mimpi kami atas usaha Travel Biro Haji Umroh dan perlengkapannya, sebagai media pengangkat citra seorang anak yatim bahwa seorang anak yatimpun punya hak untuk berhaji bahkan anak yatimpun bisa memberangkankan haji untuk orang lain. Ya Allah bila mimpi tersebut baik untuk kami dan anak yatim lainnya, mudahkanlah kami dalam merealisasikannya.

Ya Allah kami tinggalkan mimpi-mimpi kami untuk mengembangkan usaha bisnis off line kami, seandainya usaha kami ini baik untuk kami dan anak yatim lainnya, mudahkanlah kami untuk mewujudkannya.
Ya Allah kami tinggalkan kuliah S3 kami di Ekonomi Islam UIN Syarif Hidayatullah, seandainya ilmu yang kami peroleh disana dapat menjadi sumbangsih kami bagi pengembangan ekonomi umat, mudahkanlah kami mencapai target untuk menyelesaikan program doctor ini sebelum anak kami Muhammad AlFatih memasuki kuliah.
Ya Allah kami tinggalkan mahasiswa STEI TAZKIA kami, berikanlah mereka ya Allah kemudahan dalam menuntut ilmu meskipun selama 40 hari mereka tidak bertatap muka dengan kami.
Ya Allah mudahkanlah urusan orang-orang yang menitipkan doa kepada kami, kami memohon ampun kepadaMu Ya Allah karena kami tidak dapat mengingat mereka satu persatu tapi kami yakin Engkau Maha Melihat, Engkau Maha Mendengar, Engkau Maha Mencatat, Engkau Maha Pengabul Doa. Tuk itu Kabulkanlah doa’doa mereka Ya Allah, permudahkanlah pengharapannya.   
Ya Allah di dada ini penuh gejolak ketidak sabaran untuk segera berdekatan denganMu di tanah haramMu.
Ya Allah Engkaupun mengetahui bahwa rangkaian tulisan inipun kami buat karena gejolak di di dada tersebut.
Ya Allah ridhoilah apa yang kami lakukan ini. Amin.

Monday, August 9, 2010

Ibadah Haji adalah Manajemen.


Ketika Rasulallah SAW menyebutkan lima rukun islam, beliau menyampaikan dengan redaksi, “ dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah bagi yang mampu”,


Sesorang bertanya kepada Yusuf Al-Qaradhawi tentang haji,”Bagaimana posisi haji dalam pandangan Islam?. Apa yang dimaksud dengan kemampuan untuk melakukan perjalanan haji?”. Imam menjawab dalam bukunya Miatu Sual ‘ani al-Hajj wa al-Umrah (diterjemahkan oleh Naziruddin dan M. Yusuf Sinaga, Embun Publishing 2007). 


Haji adalah ibadah yang sangat istimewa. Dalam pelaksanaannya, ibadah ini melibatkan fisik dan harta. Shalat dan puasa, misalnya, adalah ibadah fisik semata. Zakat merupakan ibadah harta. Sedangkan haji merupakan ritual keagamaan yang menggabungkan antara ibadah jasmani dan harta.


Sahabat, sebagai salah seorang yang telah diberikan nikmat oleh Allah SWT yaitu insya Allah akan melaksanakan ibadah haji, saya mencoba melakukan pendekatan manajemen dalam membahas haji ini.

Bagi seorang praktisi manajemen seperti saya, pada hakekatnya istilah mampu baik secara fisik maupun keuangan adalah masalah manajemen.


Kalo kita gambarkan satu sumbu kartesian mampu dan mau, dimana sumbu X adalah sumbu MAMPU dan sumbu Y adalah sumbu MAU, maka marilah kita sepakati bersama bahwa ketika perintah ibadah haji sudah sampai kepada kita, mind set atau paradigma yang kita kembangkan adalah kita berada dalam kartesian di kuadran MAMPU dan MAU. Kita mampu secara pisik materi dan kita juga memiiki kemauan untuk beribadah pergi ke tanah suci.

Janganlah kita mengembangkan mind set pada diri kita bahwa kita berada di area MAU dan TIDAK MAMPU. Kalo mind set ini yang selalu kita pegang maka ketika teman, sahabat, sanak keluarga atau siapapun yang bertanya kepada kita “kapan ibadah haji?’. Lantas kita akan menjawab, belum dikasih rezki!”.
Lalu bagaimana bila ada orang yang menurut kita, dia berada di kuadran MAMPU dan TIDAK MAU. Mungkin kita akan menjawab, belum dapat panggilan!”.

Bagaimana dengan orang yang berada di kuadran TIDAK MAMPU DAN TIDAK MAU?”. Kita akan menjawab, “masya Allah!”.
Sahabat, mari ubahlah mind set di akal kita bahwa kita adalah orang yang berada di kuadran MAMPU dan MAU. Kita mampu melaksanakan ibadah haji karena kita sudah diberikan oleh Allah kekuatan yang tidak dimiliki oleh orang yang sudah mati. Selama nyawa masih melekat di tubuh kita maka pada hakekatnya kita sudah diberikan oleh Allah kemampuan. Kemampuan secara fisik dan kemampuan secara financial dalam bentuk perencanaan fisik dan perencanaan keuangan.
Lantas bagaimana dengan MAU?.

Mari kita lihat diagram kartesian PENTING dan MENDESAK. Satu hal yang mungkin menjadi penyebab berlarut-larutnya kita melaksanakan ibadah haji adalah karena kita salah memposisikan ibadah haji pada diagram kartesian diatas. Janganlah meletakan ibadah haji pada kartesian PENTING dan TIDAK MENDESAK. Kalo hal ini yang dilakukan maka saya bisa menduga bahwa kita salah dalam menggambarkan diagram pareto ibadah haji kita. Ibadah haji tidak berada di dalam prioritas utama yang harus dilakukan, hal ini terjadi karena sudah ada prioritas-prioritas lain yang menurut dugaannya adalah benar.



Janganlah pula meletakan ibadah haji dalam kuadaran TIDAK PENTING dan MENDESAK. Bila hal ini yang terjadi, mohon maaf bukan berarti berperasangka buruk (hanya Allah SWT yang mengetahui isi hati orang) barangkali saya bisa menduga bahwa ibadah haji yang dilakukan adalah karena ada suatu keterpaksaan. 

Ibadah haji tidak benar-benar karena Allah. Namun apapun penyebabnya, paling tidak hal ini justru masih lebih baik dibandingkan kuadran PENTING dan TIDAK MENDESAK.
Lantas bagaimana yang menempatkan ibadaha haji dalam kuadaran TIDAK PENTING dan TIDAK MENDESAK?. Masya Allah, janganlah sekali-kali terlintas untuk menempatkan ibadah haji di dalam kuadaran ini. Semoga Allah SWT menjauhkan kita dari hal ini. AMIN

Popular Posts