Wednesday, May 16, 2007

Pembelajaran yang baik dari anak-anak saya.


Suatu ketika istri saya memberikan Ade Aji, begitu kami menyebut putra ke-tiga kami, seperangkat mainan abjad dari A hingga Z berbentuk robot-robotan. Mainan tersebut dibeli oleh istri saya di Pasar Minggu seharga Rp 15.000,-.
Betapa senangnya hati Ade Aji menerima mainan tersebut. Kami bisa melihat dari reaksi tingkah laku Ade Aji setelah menerima mainan tersebut. Alhasil seharian penuh Ade Aji tenggelam dengan mainan barunya.

Selang tiga hari kemudian, kami dikejutkan oleh laporan Ade Aji bahwa mainan robot-robotannya telah hilang. Seisi rumah dibuat repot dengan pencarian mainan ini. Tapi aneh sepertinya mainan robot-robotan lenyap ditelan bumi. Bahkan karton pembungkus mainanpun tidak terlihat dimana tempatnya.
Seminggu setelah kejadian itu, akhirnya Aa Anggi, demikian kami menyebut anak kedua kami, mengaku bahwa mainan robot-robotan milik Ade Aje telah dijual olehnya bersama-sama dengan Aa Fatih, panggilan untuk anak pertama kami. Mainan robot-robotan dijual oleh mereka pada teman-temannya di sekolah.

Terkejut, kaget dan seluruh perasaaan lainnya berkecamuk, kami tidak menyangka pengakuan jujur keluar dari diri Aa Anggi. Kami mencoba menyelami apa yang ada di pikiran Aa Anggi. Kami pun memanggil Aa Fatih meminta klarifikasi darinya. Aa Fatih mengiyakan apa yang dikatakan Aa Anggi. Kami menanyakan mengapa mereka melakukan hal itu. Dengan polos keduanya menjelaskan bahwa mainan robot-robotan yang dibeli dengan harga Rp 15.000,- sebenarnya bisa dijadikan sebagai modal untuk berdagang. Masing-masing huruf robot dapat dijual kepada teman-temannya dengan harga Rp 1.500,-sehingga total uang yang terkumpul berjumlah Rp 45.000,-.. Tertegun kami mendengar penjelasan keduanya.

Panjang lebar kami menjelaskan bahwa pada hakekatnya apa yang mereka lakukan itu adalah baik tetapi tidak benar. Berpikir baik karena mereka telah berpikir kreatip. Mereka telah memikirkan yang belum terpikirkan oleh kami sebagai orang tua. Namun bertindak dengan cara yang tidak benar karena telah menjual barang yang bukan hak mereka. Merekapun memahami apa yang kami nasehatkan.

Selanjutnya untuk menumbuhkembangkan berpikir kreatip, kami menawarkan kepada mereka sedikit modal agar apa yang mereka pikirkan dan inginkan dapat dilakukan secara nyata.
Kami sisihkan uang sejumlah Rp 350.000,- untuk modal awal. Istri saya pun berbelanja berbagai jenis mainan anak-anak. Seluruh mainan dipajang di warung depan rumah. Sebagian lainnya dibawa oleh Aa Fatih dan Aa Anggi untuk dijual di sekolah.
Warung di depan rumah, hanya dibuka selepas Aa Fatih dan Aa Anggi pulang dari sekolah yaitu jam 16.00 – 18.00. Warung juga dibuka manakala mereka libur sekolah yaitu Hari Sabtu dan Hari Minggu. Kami tidak melarang aktifitas Aa Fatih dan Aa Anggi untuk berjualan. Kami berpikir inilah saatnya kami mengajarkan The Real Life kepada mereka. Bahwa kehidupan itu harus dikelola dengan baik.

Tidak disangka perkembangan warung demikian pesat. Dengan strategi harga lebih rendah dibandingkan di tempat lain, aset warung terus bertambah. Suatu saat kami menghitung total asset menjadi Rp 1.500.000,-.
Warung mainan anak-anak ini selanjutnya kami beri nama Rabithah Toys.

Perkembangan selanjutnya memberikan pelajaran yang lain kepada kami. Secara kebetulan seringkali Aa Fatih dan Aa Anggi mendapat tugas dari sekolah. Tugas tersebut banyak membutuhkan bahan material , kamipun melengkapi warung dengan bahan prakarya dan alat tulis. Perkembangan warung mainan anak-anak sangat posisitp. Warung yang awalnya sekedar menyalurkan aspirasi dan kreatifitas Aa Fatih dan Aa Anggi, selanjutnya kami gunakan sebagai sumber penghasilan harian.

Itulah sepenggal cerita yang melatar belakangi ide penulisan buku saya yang berjudul CARA MUDAH MENJADI KARYAWAN MULTI INCOME”. Semoga pembaca buku mendapatkan hikmah yang baik dari cerita di atas.


1 comment:

Anonymous said...

Subhanallah...
Sebuah cerita yang sangat menginspirasi :)

Popular Posts