Monday, April 13, 2009

Ya, Allah tambahkan nikmat kesabaran kepada kami.


Kamis 2 April 2009 pagi menjelang berangkat ke kantor. HP pun berbunyi nyaring.
“Dos, telepon balik kesini ya, pulsa ku sudah mau habis!”,
Sahut di seberang sana. Saya mengenali suara itu, Yu Sri kakak saya.
Sayapun menelepon balik ke Yu Sri.
“Assalamu alaikum”, saya buka pembicaraan.
“Wa alaikum salam, Dos, ini mimi mau ngomong, kata Yu Sri.
HP yang saya pegang sedikit bergetar, tidak biasanya pagi-pagi begini mimi mau menelepon saya.
“Dos, mimi lagi sakit, sekarang mimi lagi dirawat di Rumah Sakit”, mimi memulai pembicaraan.
Suaranya parau, bergemetar, sambil diiringi isak tangis. Tak kuasa saya mendengar suara mimi.
“Mimi sakit apa?”, saya mencoba untuk menguatkan diri agar mimi tidak semakin sedih.
“Tidak tahu, mimi banyak bebanyuan”, sahut mimi.
Ya, saya membayangkan bebanyuan berarti mimi banyak mengeluarkan air ataupun baung-buang air.
“Oh gitu ya mi, ya udah insya Allah saya secepatnya ke Indramayu, jawab saya.
Begitulah mimi semenjak usianya menginjak 60 tahunan, bila sedikit merasa sakit, selalu saja mimi mencoba menghubungi saya, insya Allah, saya selalu ikhlas untuk datang menjenguk mimi, apapun kondisi saya.

Pagi itu saya berusaha menyelesaikan tugas saya di kantor. Saya membagi tugas staff saya dan memastikan staff saya dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Sejurus kemudian saya meminta ijin Dirut untuk menjenguk mimi.
Tepat pukul 10 sayapun meluncur dari area Mampang. Alhamdulillah, daerah yang biasanya super macet, pada hari itu ternyata sangat lancar. Selepas perempatan Tendean, Soluna Toscapun saya arahkan ke pintu toll, Alhamdulillah di jalur inipun tidak ada kemacetan. Saya jaga speedometer pada angka 110, saya mencoba untuk tidak terlalu memikirkan kondisi mimi saat itu agar saya dapat focus pada perjalanan saya. Sesekali saya lihat speedometer menunjukan angka 120, pada saat itulah kaki kanan saya kendurkan dari pedal gas agar speedometer tetap di kisaran 100 dan 110.

Senandung Asmaul Husna Ari Gynandjarpun sepanjang perjalanan terdengar dari Pioneer Tosca. Alhamdulillah tepat jam 13.00 saya sudah nyampe di Rumah Sakit Umum Indramayu.

Di Ruangan VIP A saya mendapati mimi terbaring. Yu Ros, Mas Aman, Yu Sri, Yu Ipah dan Piyah sudah ada di dalam ruangan.
“Assalamu alaikum”, saya membuka pintu.
“Wa alaikum salam, yang di dalam ruangan pada nyaut menjawab”.
“Nah itu Om Idos datang”, suara mimi dengan parau,seolah ingin mendahului yang lain.
“Jam berapa dari Jakarta, Dos”, Tanya Mas Aman.
“Tadi jam sepuluh, Alhamdulillah tidak macet”.
“Mimi gimana kabarnya?”.
“Masih lemah, gulanya sudah mulai turun, tadi pagi sudah 390, tapi tensinya masih tinggi 180”, jawab Yu Ros.

Mimi memang terlihat lemah, kerutan kulit di wajah tampak terlihat jelas, tapi di sudut-sudut kerutan itu pula saya melihat ketegaran seorang ibu yang sabar dan ibu yang tawakal.
Yah, mimi memang punya gula, sdikit saja makannya tidak terkontrol maka gulapun naik. Mimi bercerita beberapa hari sebelumnya mimi takziah ke tetangga yang meninggal. Beberapa hari, mimi ikut membantu di rumah orang tersebut. Saat itulah makanannya tidak terkontrol, mungkin juga mimi kelelahan.
Ya Allah saya bersyukur kepadaMu meskipun usia mimi mulai lanjut, namun semangat mimi untuk berbagi dengan sesama tidaklah luntur. Semoga bagian tubuhnya yang dirasakannya sakit saat ini, dapat menjadi saksi kepadaMu bahwa sakitnya bagian tubuh tersebut adalah karena amal baik ibu kepada sesamanya.

Dua malam saya menyempatkan diri untuk tidur di rumah sakit untuk mendampingi mimi.
Ya Allah, saya menyadari sepenuhnya bahwa dua malam begadang di rumah sakit tidak sebanding dengan apa yang mimi lakukan terhadap diri saya dahulu.
Untuk itu mohonkan ampun diri ini, bila masih belum sepenuhnya membalas budi baik mimi.

Hari ke-empat akhirnya dokterpun mengijinkan mimi untuk pulang. Alhamdulillah hari itu juga saya sudah bisa pulang kembali ke Depok. Semoga apa yang telah terjadi dapat menjadi pembelajaran buat kami sekeluarga.
Amin.

No comments:

Popular Posts